-Elenia, The Flying Wind Poetry-
Gelimpangan:
siul rempah daun-
daun gerimis bening pecahan angin, mengiring
tarian pasang musim bulan,
yang ritmis.
Segelas mata air berayun, lepas
lima belas keping lengking memanggil-manggil
puluhan awan turun
menggunung. Harum
buihbuih anggur, berkumpul
kemilau candu dari jari jari yang melepuh.
Di halaman,
malam
memandang sebaris rahim dua puluh delapan perempuan
:kehilangan logam
seperti alif beta dan eureka. mawar melati dan segala yang mabuk cuaca. seperti kulkas, semua indah dan selamat membahasa.
DI BALI, LAMPION PECAH!
-buatmu-
Pertemuan kita cuma sebentar
sehabis engkau berobat jalan,
Utan Kayu International Literary Biennale 2005, Jakarta, 1 September lalu.
Gemetar engkau menulis alamat
lioeie@yahoo
di secarik kertas a-empat
aku catatkan nomor telepon
yang engkau sebut
sebelas angka mengurut, perlahan
kita pulang
tanpa berpelukan. Mungkin,
itu nanti. Di Bali!
Lampion
kita
pecah!
-buatmu-
Pertemuan kita cuma sebentar
sehabis engkau berobat jalan,
Utan Kayu International Literary Biennale 2005, Jakarta, 1 September lalu.
Gemetar engkau menulis alamat
lioeie@yahoo
di secarik kertas a-empat
aku catatkan nomor telepon
yang engkau sebut
sebelas angka mengurut, perlahan
kita pulang
tanpa berpelukan. Mungkin,
itu nanti. Di Bali!
Lampion
kita
pecah!
Subscribe to:
Posts (Atom)