CUACA AFORISMA
Tua dan berjanggut. Dia duduk di sebuah taman
Di batin bergejolak
Senja dan mendung adalah waktu. Tiba-tiba, dia ingat secuil sajak dari penyair berkepala kayu. Sebuah kata selalu mengandaikan cita-cita. Sosok mahluk yang berasal dari masa depan dengan takdir kembali ke masa depan. Di saat lampu jalanan pelan menyala, seekor anjing menyulap lahir menjadi ular sebelum hadir sebagai naga. Tak ada yang bisa luput dari legenda. Si tua dan berjanggut masih membaca malam dalam senyap dan khidmat.
Tua dan berjanggut. Ia memandang masa lalu. Pada tiap angka di penggalan takwin, misteri adalah nyawa yang tak bisa dibantah. Dia menoleh pada masa depan. Bagi tiap cita-cita, Bumi adalah sejarah. Serangkaian peristiwa hidup di antara niscaya, rencana, dan tak sengaja. Hari ini adalah pidato Camus yang gemetar mendendangkan syair: Tidak ada hari esok; atau malah sapaan api dari Chairil: Sekali berarti sudah itu mati. Pada sebuah taman
*
Dari pinggir sebuah taman
11 Desember 2008