Jika hari kemarin
berkaitan dengan hari ini dan esok hari, demikianlah Marx memandang sejarah—zaman
kemarin senantiasa berkaitan dengan zaman sekarang dan yang akan datang.
Zaman sekarang
adalah zaman kapitalisme (ada yang menyatakan kapitalisme lanjut atau
kapitalisme finansial) yang tidak dapat dilepaskan dari feodalisme pada zaman
lalu, yang akan menuju zaman komunisme pada zaman yang akan datang. Dasar
pengkategorian zaman-zaman itu adalah relasi kerja; zaman kapitalisme ditandai
oleh relasi kerja buruh dan pemodal bersifat eksploitatif, zaman feodalisme
ditandai oleh relasi kerja antara petani dan tuan tanah yang juga bersifat
eksploitatif, zaman komunisme ditandai oleh relasi kerja yang membebaskan,
tanpa eksploitasi.
Dengan demikian,
satu-satunya zaman yang dapat menjelaskan mengapa ada buruh adalah zaman
kapitalisme. Pertanyaan mengapa ada buruh melahirkan kemungkinan bertanya “apakah
pada masa yang akan datang buruh tetap ada atau tidak?” Marx yakin bahwa pada masa
yang akan datang kelompok atau kelas yang disebut buruh akan tidak ada lagi dan
hal itu adalah keniscayaan.
Pada zaman
kapitalisme, setiap peristiwa yang terjadi pada hari kemarin, hari ini, dan
esok senantiasa dipahami sebagai pertentangan antara buruh dan pemodal—yang tentunya
ditengahi oleh negara (yang kadang kala, atau malah seringnya berpihak pada
pemodal). Wujud nyata dari pertentangan ini adalah waktu kerja 8 jam per-hari
bagi para pekerja pada hari ini, yang tidak dapat dilepaskan dari peristiwa
yang terjadi pada hari kemarin, yaitu mogok buruh menentang waktu kerja yang
melebihi 8 jam per-hari (agar gambaran ini lebih nyata, bacalah tulisan-tulisan
Marx menyangkut kondisi pekerja pada masa-masa awal revolusi industri di
Inggris pada akhir abad 18). Demikian juga dengan tujuh hari mogok buruh
menuntut upah yang layak!