Sajak yang Menyala
Antara Keseharian dan
Kesendirian
(Di Saat Engkau Memejamkan
Mata)
engkau
yang senantiasa berayun
antara
keseharian dan kesendirian
akankah
menebak kehadiran-Ku
seperti
sajak-sajak Sapardi (atau Sutardji)
yang
menggema dalam ingatanmu
sebagai
kecemasan dan harapan
atau
takjub dan yang menakutkan
pada
benci dan kerinduan
akan
dirimu yang lenyap
dalam
cahaya keseharian dan gelap kesendirian
engkau
yang senantiasa berayun
antara
keseharian dan kesendirian
senantiasa
menebak kehadiran-Ku
sebagai
sapa yang menyala
di
saat engkau memejamkan mata
Akal Sehat
akal
sehat adalah lumbung
tempat
hidupnya tikus pengerat
butiran-butiran
padi yang kita perlukan
untuk
mencipta matahari
agar
burung-burung bertelur
melahirkan
ombak dan cerita
tentang
masa lalu yang senantiasa berseru
tentang
demokrasi yang sendiri pada malam hari
tentang
bumi yang adalah lambung matahari, dan
tentang
akal sehat yang adalah lumbung
tempat
hidupnya tikus pengerat
yang
tidak boleh kita matikan
jika
ular yang adalah obat
masih
menyelinap dan berharap
pada
liang-liang perasaan
agar
kita tetap mengingat
kematian
bukanlah lumbung kehidupan
Kelelawar Yang Menyulap Hari
dengan Bangun Pagi
saat
menulis (puisi)—
kau tahu,
biasanya di malam hari
ketika kelelawar terbang ke alam mimpi
mereka ditulis pada ingatan dan
pertimbangan—
ada
sosok gaib yang menyelinap
ke
dalam mataku dan membaca
percayalah,
masih ada yang lebih indah dari puisi:
tidur
malam yang nyenyak (agar kau dapat bangun pagi)
dan
tekanan darahmu pun tak lagi tinggi
aku ingat
sajak “Keluarga Larut Malam”
yang berkisah
tentang cara paling cantik
untuk menyulap hati dan hari ini
selain
(dari) gosok gigi dan cuci kaki.