seperti alif beta dan eureka. mawar melati dan segala yang mabuk cuaca. seperti kulkas, semua indah dan selamat membahasa.
Fragmen Hal-hal yang Berharga
Kebodohan menghasilkan banyak hal dan hal paling berharga yang dihasilkan kebodohan, hanya satu, yaitu: kecerdasan. Demikian kata teman saya, tiga tahun lalu, sewaktu diskusi ringan menanti waktu berbuka puasa.
Fragmen Berfilsafat
Fragmen Matematika
Teman saya (keturunan India dan ahli matematika) bilang, "Diam-diam, kita mencintai ketidakpastian, atau paling tidak merindukan ketidaktahuan." Setelah melihat kebingungan di wajah saya, ia bertanya, "Pernahkah kau menerima hadiah?" Hal ini terjadi, tiga tahun silam, dalam diskusi ringan, sewaktu perayaan ulang tahunnya.
Sajak
sajak terjemahan
sajak yang kutulis, kubaca sendiri, sendiri, dan berkali-kali.
Sajak, hanya sajak yang biasa saja dan tidak ada yang istimewa.
808 A.D.
almost three dozen years gone by.
Not a failure, not a success—
my first real job, a job to grow old in.
Some potential, too lazy to use it:
I’d watch TV but I like the window more.
My money gets spent when I have it;
cheap food tastes good too, and a small room’s enough.
Even a smaller room would be fine,
a shelf of old books, guitar with no amp.
The books I just flip through and don’t worry about too much,
the guitar is for noodling around on my own.
Mornings on the bus; I get to the office late.
Evenings it’s back home, go to bed early.
Working out’s too much trouble, and my body’s all right,
some belly to keep me company.
So there you have it, day by day, month after month.
Rereading this poem taped to the wall—
that’s the only reason I wrote it.
No genius, not stupid either.
Fragmen Bertanya
Dulu, tujuh tahun lalu, guru saya sempat berkata kepada saya, "Tanpa pikiran, kamu tidak akan pernah dapat bertanya." Sampai sekarang, saya sulit sekali membantah hal itu.
Fragmen Berfilsafat
Teman saya (ia pengajar filsafat) bilang, "Untuk berfilsafat, engkau membutuhkan dua hal. Pertama, ketidaktahuan. Kedua, yang tidak kalah penting, daya kritis." Setelah percakapan itu, saya yakin: tidak ada yang disebut kecerdasan.
Fragmen Tiga Proposisi
Fragmen Guru dan Murid
Fragmen Matahari dan Kiri
Fragmen Pope
2011
Fragmen Kebahagiaan
Teman saya (orangnya sombong dan tentunya menyebalkan) bilang, "Bahagia itu, pertama itu cerdas, kedua itu panjang usia dan ketiga--sebenarnya begini, kalau kau sudah temukan dua hal itu, kau tak perlu yang ketiga. Kau hanya perlu yang ketiga, kalau dua hal itu tak kau temukan atau kau cuma menemukan salah satu dari kedua hal itu." Karena ingin tahu, saya bertanya, "Kalau begitu, apa yang ketiga?" Sambil senyum (tentunya senyum yang menyebalkan dan melecehkan) dia bilang, "Ah, itu sudah bukan pertanyaanku lagi. Barangkali itu pertanyaan yang harus kau jawab," lalu tertawa habis-habisan.
Fiksi Angkasa
ketika filsafat menyulap fiksi jadi berita
Metafisika Api
The Police dan Cerita tentang Kamu (baca: Citizen)
Fragmen Saya dan Dua Teman Saya
Fragmen Filsafat
FRAGMEN NEGARA
Aristoteles menyimpulkan tiga syarat negara: 1) ada wilayah, 2) ada penduduk dan 3) ada konstitusi. [Kalau Anda tak percaya, silahkan baca saja bukunya yang terkutuk dan menyebalkan yang berjudul: Politics.] Tapi, Carl Schmitt bilang dengan gampang: Kalau semua orang baik, maka buat apa negara. [Bagi saya, pernyataan Carl Schmitt itu: lucu sekaligus kejam! Percayalah, hanya Jocker dalam The Dark Knight (2008) sajalah yang mampu menampilkan paduan antara badut dan pembunuh.] Teman saya, seorang yang pemalu dan luar biasa cerdas, menyukai kisah-kisah dari dunia klasik, semisal Illiad, Mahabharata (menurutnya, “…hanya buku-buku yang begitulah yang mampu merendahkan kedahsyatan pemikiran filsafat.”) bilang, “Syarat negara itu tiga: pertama, ada orang baik; kedua, ada orang jahat; terakhir: ada konstitusi yang menentukan siapa yang menjadi korban dan siapa yang menjadi pelaku.” [Setelah dia selesai bicara, saya bilang: Kalau begitu, Negara itu hidup karena definisi? Teman saya itu tidak menjawab, dan hanya terus membaca Republic karangan Platon, khususnya buku III, yang bicara tentang musik.]
Fragmen Filsafat
Kelas filsafat. Seorang murid bertanya: “Bagaimana jika Platon dan Aristoteles keliru?” Guru sempat diam—barangkali ia tak menyangka akan mendapat pertanyaan yang demikian setelah lebih dari 40 tahun mengajar filsafat (mungkin juga sekaligus ‘ber’-filsafat)—kemudian, setelah menarik napas yang berat, ia berkata, “Maka, kita dapat mengkritik mereka—sekalipun kita tak bisa keluar dari jalan yang sudah pernah mereka lalui.”