Barangkali, pekan
lalu, saya berjumpa Pak Zawawi Imron. Sebetulnya, saya hanya mau menyapa--namun
entah mengapa pula malah pertanyaan demikian yang meluncur: "Pak Zawawi,
boleh tanya?" (Pak Zawawi yang duduk di kursi depan saya, menoleh ke belakang,
ke arah saya, lalu bilang, "Mau tanya apa?") Saya melanjutkan kata,
"Bisa cerita tentang Ibu?" (saya mengacu kepada salah satu sajaknya).
Pak Zawawi membalas (masih dengan wajah yang menoleh ke belakang), "Saya
akan jawab pertanyaan Anda, namun jawab dulu pertanyaan saya. Apakah di dekat
sini ada yang jual makanan kecil? Saya lapar." Lantas, saya pun menunjuk
ke sebuah toko makanan kecil yang tersembunyi, meski hanya berjarak sekitar 15
langkah kaki. Tentang Ibu, Pak Zawawi bilang, "Itu sajak saya tulis waktu
saya berusia 16 tahun, 1962, di Banyuwangi. Sajak itu selesai tahun 1966, empat
tahun kemudian." Lalu (karena masih terus menoleh ke belakang) Pak Zawawi
berkata, "Ah, bagaimana kalau kita pindah duduk, di belakang sana ada dua
kursi kosong, kalau begini terus, tidak enak ngomongnya." Kami pun
berpindah duduk ke belakang, namun tidak sempat bercerita lebih banyak dan
panjang--entah mengapa, saya juga tidak tahu.
No comments:
Post a Comment