SUTRA CERITA


Jikalau engkau membaca tulisanku, barangkali engkau merasakan persamaan antara kisah yang aku ceritakan dengan pengalamanmu di alam kenyataan. Alammu yang di sana, yang jauh dari alam aku yang di sini, mungkin alam aku di dalam tulisan yang sedang sedang engkau baca ini. Aku jujur mengatakan, apa yang aku tulis murni hasil pikiran dan perkiraan aku sendiri. Apa yang aku maksud dengan ‘perkiraan’, mungkin itulah yang dikenal dengan orang-orang di alammu sana dengan sebutan imajinasi. Imajinasi, di alammu sana, sangat erat berkaitan dengan kata: kebebasan. Imajinasi adalah kebebasan. Aku pernah mendengar ungkapan begitu, ungkapan yang berasal dari alammu yang di sana. Aku tidak tahu pasti, ‘imajinasi adalah kebebasan’ apakah mengandung kedalaman atau malah kedangkalan. Aku kira, jawabannya ada di alammu sana.

* * *

Aku membayangkan sebuah negara, kehidupan orang banyak serta tipu daya yang bersahaja. Ah, ada pula cita-cita, barangkali upaya mencapai gemah ripah loh jinawi. Kertaraharja. Kaya raya lagi sejahtera. Ibarat gula dalam genangan darah. Orang banyak yang cenderung manut atau menuntut, pasrah dan bersedia untuk tak bicara. Para raja dan jawara menyibak tirai harta yang tak pernah nyata hanya dengan segerombolan kata-kata. Gula.

Dalam dongengan, suatu ketika adalah kewajaran. Kadangkala, bisa pula menjadi kekurangajaran. Begitulah yang terjadi di negara yang ada dalam bayanganku. Seorang bangsawan muncul menghamburkan gula-gula yang tak pernah diberikan para raja dan jawara. Menggunakan kendaraan angkasa, sang bangsawan menabur gula-gula ke dalam liur orang banyak yang menanti dan berlari-lari di padang rumput penuh debu. Orang banyak adalah dewata yang pasrah menjadi binatang. Makanan adalah gula. Para raja dan jawara hanya sibuk bersuara, menggoda hati para dewata. Ibarat doa yang diselipkan dalam lipatan rupiah.

* * *

Cukup. Aku tidak bisa melanjutkan tulisanku ini. Kalau memang makna lebih berharga dari kata, tentu selebihnya adalah kerja para pembaca. Aku tidak bisa menyelesaikan tulisanku karena aku melihat di dalam matamu ada banyak pertanyaan, bahkan jawaban. Apa yang aku maksud dengan ‘melihat’, itulah yang aku sebut dengan ‘perkiraan’.


2008

No comments:

Post a Comment