Satu Paragraf tentang Kepergian Franky

Barangkali, kedekatanku secara emosional dengan Franky diperantarai oleh Gus Dur. Pernah suatu ketika, Franky mengisi acara peringatan wafatnya Gus Dur. Dari panggung yang berada di tengah Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Franky mengajak semua orang yang hadir dalam peringatan bernyanyi, “Gus Dur-ku sayang, pahlawanku.” Bagiku, lirik yang tampak biasa tampil sebagai sesuatu yang tak biasa. Franky berhasil menempatkan metafora ‘pahlawan’ yang ia sematkan ke sosok Gus Dur menjadi ‘sahabat’. Ia mampu menempatkan Gus Dur sebagai sosok yang jauh—bukankah ‘pahlawan’ identik dengan hal ideal?—sekaligus dekat, bukankah sahabat adalah orang yang menghabiskan hidupnya dengan selalu berada di dekat kita?

Kabar kematian Franky mengejutkanku. Di tengah ungu duka, siapa pun paham—ucapan “Selamat jalan...” adalah puisi panjang dan begitu mendalam.

No comments:

Post a Comment