CERITA FIKSI TENTANG HARI DA VINCI


15.03. Aku lupa tepat waktunya. Entah siang, malam, petang; bahkan mungkin saja di kala hari dini. Itulah peluang saat aku menuntaskan lukisan seorang perempuan berlatar pemandangan. Perempuan. Berlatar pemandangan. Perempuan yang, mungkin, tersenyum. Perempuan yang, mungkin, seakan tersenyum. Berambut panjang, tak terlalu panjang. Lukisan perempuan.

Kini--yang entah sejak kapan--aku mendengar kabar. Lukisan perempuan berlatar pemandangan alam itu tenar berjudul Mona Lisa. Memang, beberapa judul lain pun sempat kudengar. Misal, dalam bahasa Spanyol, La Gioconda; dalam bahasa Perancis, La Joconde; dalam bahasa Inggris, A Certain Florentine Lady dan A Courtesan in a Gauze Veil. Sebenarnya, itu tidaklah terlalu bermasalah besar bagi aku. Sebab, itu hanyalah lukisan seorang perempuan berlatar pemadangan. biar kuulangi: Lukisan seorang perempuan berlatar pemandangan. Perempuan. Berlatar pemandangan. Perempuan yang, mungkin, tersenyum. Perempuan yang, mungkin, seakan tersenyum. Berambut panjang, tak terlalu panjang.

Kemarin--yang aku maksud, suatu waktu yang telah lalu--aku sempat berpikir apa artinya senyum. Pertanyaan atas makna kata itu selalu mengiang di telinga aku. Senyum. Namun, sebelum aku sempat menjawab--entah mengapa, aku tak tahu jelas--pertanyaan baru muncul. Apa pula artinya seakan senyum. Pertanyaan itu terus mengiang. Terus mengiang di telinga aku. Pertanyaan apa itu senyum. Pertanyaan apa itu akan senyum. Hmm, mungkin tepatnya aku menyebut: Tersenyum. Ya. Tersenyum dan Seakan Tersenyum. Tampaknya, itulah sebenarnya pertanyaan aku. Apa itu tersenyum. Apa itu seakan tersenyum.

Selang beberapa waktu--entah kapan, aku tak ingat--aku kembali bertanya. Mengapa. Mengapa tersenyum. Mengapa seakan tersenyum. Pertanyaan itu muncul mendadak, saat aku hendak mencari arti apa itu tersenyum; dan, apa itu seakan tersenyum. Pertanyaan itu, semua pertanyaan itu, membuat aku merenung. Aku merenung.
Hingga, di suatu malam--malam yang entah kapan, aku tak jelas merekam--meloncat pertanyaan baru. Pertanyaan yang muncul sebelum aku sempat menemukan jawab atas pertanyaan yang telah hadir sebelumnya. Pertanyaan tentang senyum. Pertanyaan tentang apa itu tersenyum. Pertanyaan tentang seakan senyum. Pertanyaan tentang apa itu seakan tersenyum. Pertanyaan tentang mengapa tersenyum. Pertanyaan tentang mengapa seakan tersenyum. Muncul pertanyaan baru, siapa tersenyum; siapa seakan tersenyum; mengapa siapa tersenyum; mengapa siapa seakan tersenyum. Ya, pertanyaan yang merujuk siapa. Merujuk pelaku senyum. Adakah ia seorang perempuan? Adakah? Aku pun termenung.

Musim dingin, entah bulan apa, aku lupa. Aku tersenyum. Aku lupa, benarkah aku tersenyum; atau seakan tersenyum? Aku hanya mengingat jelas, saat itu musim dingin. Saat itu aku bercermin. Sendiri aku bercermin. Ya, aku sendiri bercermin! Aku tak lupa. Saat itu aku sendiri bercermin, dan melihat diri aku dalam cermin. Aku melihat diri aku dalam cermin. Aku melihat diri aku yang sedang melihat aku dalam cermin. Aku yang sedang bercermin melihat diri aku yang sedang bercermin. Aku yang sedang bercermin melihat diri aku yang sedang melihat aku yang sedang melihat aku bercermin. Aku yang sedang bercermin melihat diri aku yang sedang bercermin melihat aku yang sedang bercermin. Tapi, aku lupa. Apakah saat itu aku tersenyum atau seakan tersenyum. Aku lupa.

Musim semi--yang aku tak ingat, kapan--aku mengingat kelupaan aku. Kelupaan aku di musim dingin yang telah lalu. Kelupaan tentang aku yang sedang bercermin. Kelupaan tentang aku yang sedang bercermin dengan, tersenyum atau seakan tersenyum. Kelupaan yang membawa aku ke pertanyaan baru. Mengapa aku bercermin. Mengapa saat itu aku bercermin. Dan,

15.03. Aku lupa tepat waktunya. Entah siang, malam, petang; bahkan mungkin saja di kala hari dini. Itulah peluang saat aku menuntaskan lukisan seorang perempuan berlatar pemandangan. Perempuan. Berlatar pemandangan. Perempuan yang, mungkin, tersenyum. Perempuan yang, mungkin, seakan tersenyum. Berambut panjang, tak terlalu panjang. Lukisan perempuan. Lukisan tentang senyum perempuan...

1 comment:

  1. Wes lah, tiap hari aku melihat kelojotan ide-ide segar di blog ini. Boleh lah, tapi durasinya mungkin terlalu singkat, coba berseri dunk

    ReplyDelete