PENTAS TEKSTUAL KOMA PADA PANGGUNG kenapa LEONARDO?

(Tulisan Pertama dari Dua Tulisan)


Sebuah hari yang beruntung. Dan, tak ada mangga yang jatuh di musim hujan daerah tropis planet Bumi. “Tak ada yang penting dalam paragraph ini.”


Sebelum mengapresiasi pementasan Teater Koma yang ke-112 di Grha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki pada 11 Januari 2008, saya lebih berminat, untuk pertamakalinya, mengungkai ketertarikan saya pada soal mengapa ‘kenapa LEONARDO?’ dipilih menjadi transliterasi judul naskah ‘What About Leonardo?’ karya penulis Slovenia Evald Flisar.

Saya sadar, transliterasi ‘What About Leonardo?’ menjadi ‘kenapa LEONARDO?’ adalah keputusan otonom Rangga Riantiarno selaku penerjemah. Bicara soal keputusan, berarti bicara soal adanya pilihan. Bertemu dengan situasi fragmental ‘adanya pilihan’, rasanya kesadaran saya tak mampu menembus pengalaman batin-subjektif Rangga Riantiarno (ada baiknya, untuk efesiensi penulisan Rangga Riantiarno cukup ditulis Rangga untuk seterusnya). Saya tidak bisa mengetahui dengan pasti apa kira-kira alternatif kalimat tak lengkap yang ditemukan Rangga Riantiarno untuk mentransliterasikan ‘What About Leonardo?’. Karena saya tak mampu mengetahui dengan pasti apa yang ada di dalam kesadaran Ratna Riantiarno, instrumen spekulatif yang sudah tertanam di dalam benak saya mulai unjuk diri.

Saya pikir, Rangga paham benar apa yang sedang dia hadapi. Lewat pendekatan harafiah, dan saya yakin, pendekatan harafiah ini merupakan metode pertama yang dipakai Rangga untuk menerjemahkan judul naskah Evald Flisar. Pendekatan harafiah atas teks ‘What About Leonardo?’ dalam proses transliterasi ke dalam bahasa Indonesia bakal menghasilkan ‘Apa Tentang Leonardo?’ Meneliti hasil terjemahan harafiah yang seperti itu, benak spekulatif saya mengembara pada isi kepala Rangga. Saya pikir, dengan kemampuan Rangga menerjemahkan utuh naskah ‘What About Leonardo?’ menjadi penanda bagi saya bahwasanya Rangga punya cetak biru tata-bahasa Inggris di dalam kepala dia. Penanda itulah yang menjadi bukti bagi saya Rangga pasti tak memikirkan ‘Apa Tentang Leonardo?’ sebagai transliterasi ‘What About Leonardo?’ dengan pendekatan harafiah. Keberadaan cetak biru tata-bahasa Inggris di dalam kepala Rangga pasti menyebabkan dia lebih mengartikan ‘What About Leonardo?’ menjadi ‘Bagaimana dengan Leonardo?’ sebagai transliterasi bahasa menggunakan pendekatan harafiah.

“Lalu mengapa ‘Bagaimana dengan Leonardo?’ berubah menjadi ‘kenapa LEONARDO?’” Deviasi inilah sebenarnya yang menjadi sebab ketertarikan saya untuk terlebih dahulu mengungkai persoalan keputusan transliterasi judul ‘What About Leonardo?’ menjadi ‘kenapa LEONARDO?’ Bagi saya, maaf bila saya terlampau berlebihan, deviasi begini merupakan persoalan serius yang mengandalkan instrumen kesadaran sebagai garda terdepan dalam pengambilan keputusan. Implikasinya, tentu saja Rangga tidak sedang bermain-main dalam memutuskan ‘kenapa LEONARDO?’ menjadi transliterasi ‘What About Leonardo?’

Mencermati kalimat tak lengkap ‘Bagaimana dengan Leonardo?’ dan ‘What About Leonardo?’ menghasilkan sebentuk situasi tertentu dalam imajinasi saya. Kedua bentuk kalimat, yang bisa saja saya sebut sebagai preposisi dengan seenak saya, menghadirkan situasi percakapan antara dua orang, andaikan saja si penutur adalah Heppi dan si penerima tutur adalah Bobbi. Dan apa yang menjadi isi percakapan antara Heppi-Bobbi itu ternyata menyangkut orang ke-tiga tunggal, yakni Leonardo. Persoalannya, situasi yang dihadirkan melalui kalimat tak lengkap ‘Bagaimana dengan Leonardo?’ dan ‘What About Leonardo?’ hanya memungkinkan saya untuk mengeksiskan pelaku percakapan saja, yakni Heppi dan Bobbi; sedang Leonardo itu sendiri belum tentu eksis. Belum tentu eksis bisa bermakna, Leonardo itu eksis dalam percakapan atau Leonardo itu ada dalam percakapan. Tentulah pembaca yang cerdas-cerdas mengetahui apa perbedaan eksis dan ada. Bila tidak, maka teramat susahlah saya mendedahkan sederet penjelasan-penjelasan yang terbilang kadaluarsa dan nyaris mendekati sia-sia. “Aku mengerti, meski tidak terlalu paham. Dan aku kira kau pun sebenarnya tak juga paham benar apa yang kau maksud dengan eksis dan apa yang kau maksud dengan ada.” Mendengar jawaban yang demikian, legalah hati saya, dan jawaban yang demikian memberikan enerji baru kepada saya untuk melanjutkan penjelasan yang, saya pastikan, tak berujung sia-sia.

Di halaman 110 naskah ‘kenapa LEONARDO?’, Rangga menerjemahkan ‘suatu kalimat’ yang diucapkan Dasilva—saya menggunakan frase ‘suatu kalimat’ dikarenakan saya tidak mengetahui kalimat apa sebenarnya yang ada di dalam naskah asli ‘What About Leonardo?’ yang diterjemahkan Rangga—menjadi ‘Bagaimana dengan Leonardo?’ Melalui halaman 110 inilah situasi imajinatif yang dihadirkan judul ‘Bagaimana dengan Leonardo?’ dan ‘What About Leonardo?’ pun menjadi jelas. Ternyata, hanya Heppi dan Bobbi saja yang eksis dalam situasi imajinatif tersebut; sedang Leonardo ada tapi tidak eksis! “Dan pada dasarnya, kau pun tak perlulah jauh-jauh menjelaskan hal demikian. Pemaknaan orang ke-tiga tunggal yang kau sebutkan sebenarnya sudah menjadi pembuktian bahwa orang ke-tiga itu tidak eksis melainkan ada.” Hmmm, tampaknya Anda benar, dan harus saya akui saya terlampau melebih-lebihkan sesuatu yang sebenarnya sudah jelas. Apa yang saya lakukan ini bertentangan dengan pistol analisa Ockham. Karena itu, saya mengizinkan Anda untuk menganggap paragraph tidak ada sama sekali. “Tak perlu pakai ‘sama sekali’, itu pun sebenarnya sudah tidak ada. Apakah masih ada superlatif dari tidak ada?” Anda benar! Untuk ke depan dan seterusnya, saya harus lebih berhati-hati menggunakan kata-kata. Tapi, saya hendak memohon perizinan dari Anda, apakah saya bisa melanjutkan penjelasan? “Terserah kau. Paragraph ini kan sudah aku anggap tidak ada. Apakah jawabanku masih ada gunanya bila paragraph ini sudah tidak ada?”

Keberadaan kalimat ‘Bagaimana dengan Leonardo?’ yang diucapkan Dasilva dalam halaman 110 naskah ‘kenapa LEONARDO?’ menjadi bukti bahwasanya Rangga selaku penerjemah pun berpikiran transliterasi yang layak atas ‘What About Leonardo?’ adalah ‘Bagaimana dengan Leonardo?’ Tapi, kenapa muncul ‘kenapa LEONARDO?’ Antara ‘Bagaimana dengan Leonardo?’ dengan ‘kenapa LEONARDO?’ tentu menghasilkan sensasi yang berbeda. Penyebab munculnya perbedaan sensasi terhadap kedua kalimat tak lengkap tersebut dikarenakan kedua kalimat tersebut pada dasarnya memang menghadirkan situasi imajinatif yang berbeda. ‘Bagaimana dengan Leonardo?’, dalam perspektif bahasa Indonesia mewujudkan situasi memilih antara yang-bukan Leonardo dengan Leonardo. Sedang ‘kenapa LEONARDO?’ menghadirkan 1) situasi perenungan untuk mencari jawaban, sebangun dengan ‘kenapa MAKAN?’, atau 2) situasi pencarian landasan argumentatif alias pembenaran-positif atas suatu pilihan yang sudah diputuskan, kira-kira sebangun dengan ‘kenapa [harus] MAKAN?’ Bila [harus] diletakkan di antara ‘kenapa’ dengan ‘LEONARDO?’, maka kalimat yang dihasilkan menjadi ‘kenapa [harus] LEONARDO?’ “Sepertinya kau cuma bermain kata-kata. Tak ada yang bermakna.” Aku hanya bertanya, apakah kalimat-kalimat ‘kenapa LEONARDO?’, ‘kenapa MAKAN?’, ‘kenapa [harus] MAKAN?’, dan ‘kenapa [harus] LEONARDO?’ tidak memberikan suatu sensasi yang berbeda-beda dan yang mirip-mirip? ‘kenapa LEONARDO?’ dan ‘kenapa MAKAN?’ menghadirkan sensasi yang mirip-mirip. Pembuktiannya, melalui jawaban yang diberikan, bila kalimat tersebut dianggap sebagai kalimat tanya. ‘kenapa LEONARDO?’ dijawab ‘lapar’; dan ‘kenapa MAKAN?’ dijawab ‘lapar’. Sedang kalimat ‘kenapa [harus] LEONARDO?’ dan ‘kenapa [harus] MAKAN?’ menghadirkan sensasi yang beda. Pembuktian yang diberlakukan atas kalimat ‘kenapa LEONARDO?’ dan ‘kenapa MAKAN?’ tidak berlaku dalam kasus ‘kenapa [harus] LEONARDO?’ dan ‘kenapa [harus] MAKAN?’ Dan saya tidak harus memberikan penjelasan lebih lanjut atas kebingungan yang terjadi di dalam benak Anda. Saya menyediakan ruang bagi kreatifitas Anda untuk memberlakukan segala macam kepentingan atas pelik soal yang diterbitkan ‘kenapa [harus] LEONARDO?’ dan ‘kenapa [harus] MAKAN?’

Kontras pemaknaan pun semakin nyata apabila kalimat ‘kenapa [harus] LEONARDO?’ disandingkan dengan ‘Bagaimana dengan Leonardo?’ yang sama-sama berangkat dari satu referen, yakni ‘What About Leonardo?’ Kehadiran kontras pemaknaan yang demikian inilah yang memberanikan saya untuk semakin spekulatif dalam beranalisa. Rangga mengejar efisiensi kata! ‘kenapa LEONARDO?’ lebih singkat dibandingkan ‘Bagaimana dengan Leonardo?’ Pengejaran atas efisiensi kata, yang saya duga ini berangkat dari pola-pola pemikiran bahwa judul itu sebaiknya singkat namun padat namun bisa menampung tema yang bakal diusung cerita, berdampak pada pengurangan esensi yang ada didalam ‘What About Leonardo?’ Sampai disini, saya mohon maaf kepada Rangga untuk mencegah munculnya kesalahpahaman. Sebab, bagaimanapun juga saya menyadari bahwa kerja tranliterasi bukan kerja yang mudah, gampang, dan serampangan. Dan Rangga sudah melakukan kerja tranliterasi yang sulit, rumit, dan teliti. Kehadiran halaman 110 yang memuat kalimat ‘Bagaimana dengan Leonardo?’ yang diucapkan Dasilva menjadi bukti kuat bahwasanya Rangga sadar; Rangga sadar bahwa ‘What About Leonardo?’ adalah ‘Bagaimana dengan Leonardo?’ Penyimpangan transliterasi judul ‘What About Leonardo?’ menjadi ‘kenapa LEONARDO?’ tegas saya nyatakan bukan kesalahan! Sebab, pertanggungjawaban utama pemilihan transliterasi judul ‘What About Leonardo?’ menjadi ‘kenapa LEONARDO?’ beralaskan prinsip efisiensi kata dalam menggarap judul. (Sedikit tambahan, transliterasi judul yang saya anggap salah itu terjadi ketika buku ‘Identity and Violence: The Illusion of Destiny’-nya Amartya Sen diterjemahkan menjadi ‘Kekerasan dan Ilusi tentang Identitas’ yang diterbitkan Marjin Kiri pada 2007.)

Pada paragraph terakhir ini, kelancangan dan keberanian saya semakin menggila. ‘What About Leonardo?’, menurut saya, bisa ditransliterasikan ke dalam bahasa Indonesia, tanpa meninggalkan esensi, menjadi 1) mungkin LEONARDO? atau 2) mungkinkah LEONARDO?

Januari 2007

dvd.tbg

Catatan: Saya, David Tobing, bertanggungjawab atas seluruh isi tulisan ini. Dan, tak sedikit pun ada niatan saya untuk meremehkan Rangga Riantiarno melalui tulisan ini. Apabila ada pihak yang menafsirkan demikian, kesalahan bukan pada saya; melainkan pada pihak penafsir. Sebab, tulisan ini bukan murni emosional pribadi, ketidaksukaan saya pada Rangga Riantiarno. Saya bahkan tidak mengenal siapa itu Rangga Riantiarno dan, saya yakin, Rangga Riantiarno pun tak mengenal saya. Sekali lagi, tak ada seujung rambut pun niatan saya untuk meremehkan RANGGA RIANTIARNO!!!

1 comment:

  1. Saudara David, pertama-tama saya berterima kasih atas komentarnya yang cukup mendalam dan mengena. Memang sejatinya pemilihan judul "Kenapa Leonardo?" melalui proses yang cukup rumit. Judul aslinya sendiri dalam bahasa Slovenia adalah "Kaj pa Leonardo?" yang tentu saja artinya sama dengan "What About Leonardo?".
    Ada banyak pilihan judul waktu itu, misalnya (yang harfiahnya) "Bagaimana Dengan Leonardo?", "Bagaimana Leonardo?", "Leonardo Bagaimana?", "Kalau Leonardo, Bagaimana?" sampai-sampai "Ada Apa Dengan Leonardo?" (yang sudah dicetak di naskah awal yang dibagikan kepada para pemain). Setelah berdiskusi dengan sang sutradara, N. Riantiarno, yang memegang cetak biru keseluruhan pertunjukan ini, akhirnya diputuskan bahwa "Kenapa Leonardo?" lebih efisien dan tidak sekikuk "Bagaimana Dengan Leonardo?".
    Dan memang benar, kalimat yang diucapkan Dokter Dasilva pada Dokter Hopman, "Bagaimana dengan Leonardo?", dalam bahasa Inggris memang tertulis "What about Leonardo?".
    Sedikit tambahan, saya juga sudah berdiskusi dengan Evald Flisar dan beliau memaklumi perubahan judul ini. Dia bahkan memberi contoh, novelnya yang dalam bahasa Slovenia berjudul "Velika ezival samote" - yang dalam bahasa Inggris berarti "The Great Beast of Solitude" - ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dirubah judulnya oleh penerbit menjadi "My Father's Dreams".
    Sekali lagi, terima kasih saya ucapkan atas perhatian Anda terhadap hasil kerja saya yang memang masih jauh dari sempurna. Dan saya juga mohon maaf kalau ada kesalahpahaman ataupun rasa terganggu atas pemilihan judul "Kenapa Leonardo?".

    ReplyDelete