Bacalah 'Coelho' #7

Aku mengambil bantal panjang, lalu rebahan. Dia mengambil botol Guiness, lalu kencing!

"Sudah berapa lama kau begitu?"

Sebenarnya, kau tak perlu tau. Itu urusanku. Kalau pun kau mau tau, aku harap itu tidak menjadi urusanmu. Masalahnya, hanya kamar mandi saja. Terlalu jauh. Dari kamar ini, dari tempat aku berdiri ini, menuju kamar mandi itu berjarak dua belas langkah.

Dia pun mengencingi botol minuman klasik Irlandia yang berkaca coklat kental. Entah botol berukuran berapa mili, aku tak tau. Yang pasti, air kencing sudah mencapai leher botol.

"Sorry kalau gua begini," kata dia sambil mengembalikan botol tersebut ke dalam lemari pakaian. Sementara itu, aku masih tetap rebahan dengan bantal panjang menyangga kepala. Dia berjalan ke arah jendela, lalu duduk bersila.

"Sudah berapa lama kau begitu?"

"Mengapa kau terus mempertanyakan hal itu? Apa pentingnya bagimu? Kalau aku bilang semenjak lahir, memang kenapa? Kalau aku bilang baru kali ini, terus gimana?"

Dia terus melontarkan kata-kata, tak berhenti. Hingga aku putuskan, mengubah posisi badan. Aku tidak lagi rebahan. Aku duduk bersandar pada dinding yang berwarna lima. Duduk merangkul lutut, kepala bersembunyi di dua dengkul.


"Sudah berapa lama kau begitu?" Dia tersenyum.

Kuangkat kepala menyentuh barisan warna biru, lalu mengarahkan mata menatap tirai jendela kertas. Aku berkata, "Ya, sudahlah." Tubuhku hilang beban, limbung ke depan, perlahan. Prak! Ubun-ubunku membentur botol Guiness berkaca coklat kental yang tegak berdiri di atas ubin putih. Botol alirkan cairan bercahaya, kepalaku alirkan plasma. Saat itu, aku masih sempat mendengar dia tertawa.

1 comment:

  1. aah...
    tujuh lagi...
    svechenko pun memakai nomor punggung tujuh...
    dan dia gagal mengeksekusi penalti tadi malam




    kesiaaaan deh...
    double loser

    ReplyDelete